Buyah berpuluh tahun
mengabdikan dirinya sebagai guru agama di sekolah Madrasah Tsanawiyah
al-Washliyah di Gunting Saga. Dengan dasar itu nampaknya sejak kecil Buyah
memasukkan saya ke Sekolah agama dan Pesantren, bahkan saat kuliah pun saya
masuk di Perguruan Tinggi Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai
kemudian dengan izin Allah saya dapat menyelesaikan studi Magister S2 jurusan
Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. itulah kenapa semangat sebagai
seorang guru telah terpatri kuat dalam dada saya sejak saya kecil, Tahun 1993
saya mengajar sebagai wujud pengabdian di Pesantren Bahrul 'ulum Lhokseumawe
Aceh Utara, tahun 1994 saya pindah mengajar di Pondok Pesantren
al-Ikhwan-Cikampek Pusaka Jawa Barat.
Karena semangat belajar saya masih sangat
tinggi maka di tahun yang sama saya melanjutkan studi ke IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, waktu itu saya memilih Fakultas Tarbiyah karena saya memang
betul-betul berniat ingin menjadi guru. Seiring perjalanan hidup saya yang
sudah terbiasa dengan beratnya perjuangan orang yang merantau, saya selalu
hidup mandiri, hingga saat kuliah saya harus sambil bekerja, tak jarang saya
usai kuliah langung berangkat ke tempat mengajar di sekolah dan mengajar privat
al-Quran, karena sejak masih di Madrasan Tsanawiyah saya sudah beberapa kali
meraih juara pada MTQ Nasional tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Modal tersebut
saya manfaatkan untuk bisa bertahan hidup di Jakarta dan demi memenuhi biaya
kuliah saya.
Beban terasa agak ringan
saat saya meraih juara 1 pada MTQ antar Mahasiswa PTAIN di Lampung pada tahun
1997, saya diberi Beasisiwa Supersemar sebagai penghargaan dari Kampus saat
itu, Alhamdulillah saya juga pernah menjadi salah seorang Muazin dan
Imam rawatib di Masjid Fathullah-Komplek IAIN Ciputat sampai saya mendapat
gelar Sarjana. Selama menjadi Pengurus Masjid Fathullah saat itu saya banyak
menjalin silaturahmi dengan Dosen-dosen IAIN Ciputat yang sehari-harinya
melakukan shalat berjamaah di Masjid tersebut, salah seorang dosen saya Bapak
Drs. H. Suparman Jayadireja (alm), membawa saya untuk ikut mengajar di beberapa
Majlis ta'lim yang beliau bina saat itu, disitulah saya mengembangkan bakat
mengajar saya yang dulu sudah tumbuh sejak saya di Pondok Pesantren, sambil
mengajar saya tetap tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, saya tetap melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan Alhamdulillah di tahun 2004 saya berhasil
menyelesaikan Studi Magister saya di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan Konsentrasi Tafsir Hadits.
Atmosfer spiritual majlis ta'lim telah menggeret saya ke dunia bimbingan mental Haji
dan Umrah, sejak tahun 2000 saya membimbing Haji dan Umrah di Ebad al-Rahman
Tour & travel Jakarta, Roma tour, Pro-in travel dan Armina Mabror Tour. Saya
sangat suka dengan profesi saya saat itu, karena dalam membimbing para jemaah saya tidak hanya
dihadapkan kepada peserta didik yang muda-muda saja namun kepada semua
tingkatan umur, bahkan saya memiliki pengalaman membimbing dan mengajarkan ilmu
agama kepada orang-orang tua yang menurut saya sangat mengesankan. Untuk dapat
terus konsisten dalam dunia akademis saat itu saya telah menulis sebuah buku (kalangan
sendiri) dengan judul HAJI MABRUR BUKAN HAJI TOMAT, Sehingga saya membimbing
jemaah dengan panduan buku yang saya tulis tersebut. Tak ingin larut dalam kesibukan
membimbing Haji dan Umrah, di Tahun 2003 saya bersama Ibu HJ. In Soetaryo dan
keluarganya bersama-sama mendirikan SDIT Yayasan Az-Zahra di Pondok
Petir-Sawangan-Depok, saat itu saya kembali dapat melampiaskan ambisi mengajar
saya di Yayasan tersebut.
Terbiasa merantau,
membuat saya berani melakukan sebuah langkah ekstrem dalam revolusi diri, ingin
melakukan perubahan hidup sebagai sebuah ikhtiar dihadapan Allah SWT, saya berani
exspansi melakukan hijrah ke Kalimantan Timur tepatnya di Balikpapan pada tahun
2007. saya ingin berinovasi dan mengajarkan agama lewat forum-forum non formal,
beberapa tahun di Balikpapan saya sempat dianugerahi sebagai profil ustadz
terlaris-manis Ramadhan 2009 versi KALTIM POST, dapat di akses di www.kaltimpost.com.
Setahap lebih kreatif
kemudian Tahun 2009 saya bersama ibu-ibu asuhan Majlis ta'lim di Balikpapan
sempat mendirikan Pondok Pesantren Global Uswatun Hasanah di Desa Sepaku, Kec.
Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara- Kalimantan Timur. Peletakan
batu pertama Pesantren tersebut dihadiri oleh Bapak Bupati Penajam Paser Utara
saat itu H. Andi Harahap, S.Sos, dan diliput oleh harian Kaltim Post saat itu.
Semangat mengajar tak pernah menurun dalam diri saya, tarikan nafas saya selalu
membisikkan agar saya bisa menjadi pengajar yang profesional, karena itulah
saat saya diterima lulus tes CPNS
sebagai calon dosen dan di STAIN Pontianak-Kalimantan Barat, saya merasakan
bekerja atau mengajar di tempat yang tepat sesuai latar belakang akademis saya,
seperti pepatah mengatakan the right man in the right place.
Menurut saya, guru atau
dosen adalah pewaris ilmu penerus para ulama, sedangkan ulama pewaris para
nabi, nabi dan rasul adalah pilihan Allah, berarti guru dan dosen juga merupakan
pilihan Allah. Menjadi dosen atau guru adalah sebuah tugas mulia merupakan amanah
Allah yang diberikan-Nya tidak kepada sembarang orang, statemen itu saya pegang
sebagai pondasi semangat dalam mengajar, setiap hari saya selalu berusaha
mengajar dengan maksimal, saya bersyukur telah dianugerkan oleh Allah
kesempatan untuk dapat mengabdi di perguruan tinggi STAIN Pontianak ini,
sebagai wujud syukur itu saya tak akan bermain-main dalam mengajar, baru sejak
awal TMT di STAIN Pontianak saya sudah mengajar di bidang yang sesuai dengan
linier saya yakni Tafsir dan Hadist, saya dipercaya oleh beberapa Prodi di
STAIN Pontianak untuk mengajar pada mata kuliah ilmu Tafsir, Tafsir Tarbawi,
Tafsir Dakwah, 'Ulum al-Quran, Ilmu Hadits, Hadits dan Hadits Tarbawi.
Bidang saya mengajar
adalah sebuah disiplin ilmu yang bersentuhan langsung dengan sumber
ajaran agama Islam yakni al-Quran dan Hadits, Rasulullah SAW pernah menegaskan
bahwa sebaik-baik kamu adalah
yang belajar al-Quran dan mengajarkannya; Khairukum man ta'allama al-Qurana
wa 'allamahu. Ketika mengajar ‘ulum al-Quran saya sering memakai metode
ceramah dan diskusi, karena menurut saya metode ini sangat tepat untuk membahas
dan mengkaji lebih dalam dan luas tentang
ilmui-ilmu itu.
Luaaar biasa ustadz semoga barokah.
BalasHapussalam kenal pak Ustadz
BalasHapusMaa Syaa ALLAH...laa quwwata illaa biLLAH...😇
BalasHapus